Photo Kenangan kami

Kumpulan Photo Kenangan Kami Selama Kuliah di KHJ

Anggota Kelas Angkatan 13 KHJ

Kino, Apip, Reza, Purna, Krisna, Surya, Doni, Perry, Iwan, dedi, Moret, Jimmy, Fitri, Echi, Ayu, Nelly, BU NEL, Yuli, Indah, Sindy, Siti, Eli, Ary, Atin, Wati, Mufti, Emy, Rita, Septi, Ema, Mytha, Eka

Photo bareng di pstw

Photo Bersama Di Panti Werda PSTW Pondok Indah jakarta Selatan

Diskusi

Diskusi Di Perpustakaan Kampus

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

SURAT TANDA REGISTRASI (STR) TENAGA KESEHATAN

Dikeluarkanya Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) nomor 1796 tahun 2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan sebagai pengganti PMK nomor 161 tahun 2010 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan membuat tenaga kesehatan yang ada diharuskan memiliki surat tanda registrasi selain ijazah yang dikeluarkan oleh perguruan tinggi penyelenggarakan pendidikan kesehatan, hal ini juga berlaku bagi tenaga kesehatan asing.
Bagaimana cara mendapatkan STR ini ?
Dalam PMK nomor 1796 tahun 2011 seluruh tenaga kesehatan diwajibkan memiliki surat tanda registrasi yang disebut sebagai STR, bagi yang belum memiliki STR atau surat izin dan lulus dari pendidikan sebelum tahun 2012 dapat diberikan STR berdasarkan peraturan ini atau yang dimasyarakat dikenal dengan pemutihan tanpa dilakukan uji kompetensi.

Adapun persyaratan untuk memperoleh STR, bagi lulusan sebelum tahun 2012 (proses pemutihan) adalah :
  1. Fotocopi ijazah terakhir yang dilegalisir (cap basah) 2 lembar
  2. Pas Foto ukuran 4 x 6 cm dengan latar belakang merah 3 lembar
  3. Apabila telah memiliki Surat Izin (SIP,SIB,dll) dan sudah habis masa berlakunya dapat dilampirkan
  4. Apabila sudah memilki sertifikat kompetensi boleh dilampirkan
  5. Apabila Surat Izin (SIP, SIB, dll) masih berlaku sesuai dengan PMK 1796 pasal 36 ayat (1) dnyatakan telah memiliki STR sampai masa berlakunya berakhir (artinya Surat Izin saudara masih barlaku dan tidak diharuskan membuat STR, namun bila tetap ingin membuat STR juga tidak salah)

Proses pemutihan untuk mendapatkan STR ini dapat dilakukan melalui organisasi profesi masing-masing tenaga kesehatan agar sekaligus terdaftar dan terregistri dalam organisasi profesi setiap tenaga kesehatan, mengapa demikian ? karena masa berlaku STR adalah 5 (lima) tahun terhitung tanggal diterbitkan (sesuai dengan tanggal lahir) dan apabila STR tenaga kesehatan habis masa berlakunya perlu diperpanjang dengan persyaratan harus memilki 25 SKP (satuan kredit profesi) yang dikeluarkan oleh organisasi profesi masing-masing tenaga kesehatan, oleh karena itu keanggotaan tenaga kesehatan dalam organisasi profesinya adalah merupakan bagian yang harus dilakukan oleh setiap tenaga kesehatan.
Proses pemutihan pembuatan STR tidak dipungut biaya, adapun apabila ada pungutan biaya terkait pengurusan STR (pemutihan STR) agar melaporkan ke organisasi profesinya (OP), biasanya pungutan biaya diberlakukan bagi anggota OP yang menunggak kewajiban anggota seperti iuran keanggotaan atau mungkin biaya pendaftaran keanggotaan karena belum terdaftar sebagai anggota OP, selain itu tidak ada, demikian dikatakan oleh Ns. Erwin, S.Kep sebagai ketua bidang organisasi, hukum dan pemberdayaan politik PPNI Propinsi DKI Jakarta saat ditemui ners Indonesia.com pada acara Raker penyusunan standar pelatihan keperawatan tahun 2012 beberapa waktu yang lalu di Jakarta.
Bagi lulusan pendidikan tahun 2012 dan seterusnya untuk mendapatkan STR diwajibkan mengikuti uji kompetensi nasional yang diselenggarakan oleh MTKI (Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia) diperguruan tinggi yang terakreditasi, dengan uji kompetensi tenaga kesehatan akan memperoleh Sertifikat Kompetensi. MTKI akan memberikan Sertifikat Kompetensi kepada peserta didik pada waktu pengambilan sumpah.
Sertifikat Kompetensi dipergunakan sebagai dasar untuk memperoleh STR dan diberikan oleh MTKI kepada peserta didik yang dinyatakan lulus bersamaan dengan pemberian sertifikat kompetensi.

Alamat Kantor MTKI :
Gedung Badan PPSDM Lantai 8, Jalan Hang Jebat III / F3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. telp 021-7245517. Fax. 021-7258057. email : sekretariatmtki@yahoo.com

Sumber :  www.ners-indonesia.com

Proses Terjadinya Edema

Edema (oedema) atau sembab adalah meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan interstitium) yang disertai dengan penimbunan cairan abnormal dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa (jaringan ikat longgar dan rongga-rongga badan). Edema dapat bersifat setempat (lokal) dan umum (general).
 
Edema yang bersifat lokal seperti terjadi hanya di dalam rongga perut (hydroperitoneum atau ascites), rongga dada (hydrothorax), di bawah kulit (edema subkutis atau hidops anasarca), pericardium jantung (hydropericardium) atau di dalam paru-paru (edema pulmonum). Sedangkan edema yang ditandai dengan terjadinya pengumpulan cairan edema di banyak tempat dinamakan edema umum (general edema).
 
Cairan edema diberi istilah transudat, memiliki berat jenis dan kadar protein rendah, jernih tidak berwarna atau jernih kekuningan dan merupakan cairan yang encer atau mirip gelatin bila mengandung di dalamnya sejumlah fibrinogen plasma.
 
Penyebab (causa) edema adalah adanya kongesti, obstruksi limfatik, permeabilitas kapiler yang bertambah, hipoproteinemia, tekanan osmotic koloid dan retensi natrium dan air.
Mekanisme:

1. Adanya kongesti
Pada kondisi vena yang terbendung (kongesti), terjadi peningkatan tekanan hidrostatik intra vaskula (tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam vaskula oleh kerja pompa jantung) menimbulkan perembesan cairan plasma ke dalam ruang interstitium. Cairan plasma ini akan mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar dan rongga badan (terjadi edema).
 
2. Obstruksi limfatik
Apabila terjadi gangguan aliran limfe pada suatu daerah (obstruksi/penyumbatan), maka cairan tubuh yang berasal dari plasma darah dan hasil metabolisme yang masuk ke dalam saluran limfe akan tertimbun (limfedema). Limfedema ini sering terjadi akibat mastek-tomi radikal untuk mengeluarkan tumor ganas pada payudara atau akibat tumor ganas menginfiltrasi kelenjar dan saluran limfe. Selain itu, saluran dan kelenjar inguinal yang meradang akibat infestasi filaria dapat juga menyebabkan edema pada scrotum dan tungkai (penyakit filariasis atau kaki gajah/elephantiasis).

3. Permeabilitas kapiler yang bertambah
Endotel kapiler merupakan suatu membran semi permeabel yang dapat dilalui oleh air dan elektrolit secara bebas, sedangkan protein plasma hanya dapat melaluinya sedikit atau terbatas. Tekanan osmotic darah lebih besar dari pada limfe.
Daya permeabilitas ini bergantung kepada substansi yang mengikat sel-sel endotel tersebut. Pada keadaan tertentu, misalnya akibat pengaruh toksin yang bekerja terhadap endotel, permeabilitas kapiler dapat bertambah. Akibatnya ialah protein plasma keluar kapiler, sehingga tekanan osmotic koloid darah menurun dan sebaliknya tekanan osmotic cairan interstitium bertambah. Hal ini mengakibatkan makin banyak cairan yang meninggalkan kapiler dan menimbulkan edema. Bertambahnya permeabilitas kapiler dapat terjadi pada kondisi infeksi berat dan reaksi anafilaktik.
 
4. Hipoproteinemia
Menurunnya jumlah protein darah (hipoproteinemia) menimbulkan rendahnya daya ikat air protein plasma yang tersisa, sehingga cairan plasma merembes keluar vaskula sebagai cairan edema. Kondisi hipoproteinemia dapat diakibatkan kehilangan darah secara kronis oleh cacing Haemonchus contortus yang menghisap darah di dalam mukosa lambung kelenjar (abomasum) dan akibat kerusakan pada ginjal yang menimbulkan gejala albuminuria (proteinuria, protein darah albumin keluar bersama urin) berkepanjangan. Hipoproteinemia ini biasanya mengakibatkan edema umum.
 
5. Tekanan osmotic koloid
Tekanan osmotic koloid dalam jaringan biasanya hanya kecil sekali, sehingga tidak dapat melawan tekanan osmotic yang terdapat dalam darah. Tetapi pada keadaan tertentu jumlah protein dalam jaringan dapat meninggi, misalnya jika permeabilitas kapiler bertambah. Dalam hal ini maka tekanan osmotic jaringan dapat menyebabkan edema.
Filtrasi cairan plasma juga mendapat perlawanan dari tekanan jaringan (tissue tension). Tekanan ini berbeda-beda pada berbagai jaringan. Pada jaringan subcutis yang renggang seperti kelopak mata, tekanan sangat rendah, oleh karena itu pada tempat tersebut mudah timbul edema.
 
6. Retensi natrium dan air
Retensi natrium terjadi bila eksresi natrium dalam kemih lebih kecil dari pada yang masuk (intake). Karena konsentrasi natrium meninggi maka akan terjadi hipertoni. Hipertoni menyebabkan air ditahan, sehingga jumlah cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan interstitium) bertambah. Akibatnya terjadi edema.
Retensi natrium dan air dapat diakibatkan oleh factor hormonal (penigkatan aldosteron pada cirrhosis hepatis dan sindrom nefrotik dan pada penderita yang mendapat pengobatan dengan ACTH, testosteron, progesteron atau estrogen). 

Sumber :

LUKA BAKAR DAN TRAUMA AKUSTIK


 
LUKA BAKAR DAN TRAUMA AKUSTIK DENGAN TULI SEMENTARA KARENA KECELAKAAN KERJA



A. PENDAHULUAN

Masalah  kecelakaan  kerja  merupakan  salah  satu  masalah  utama  dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja. Sejalan dengan proses industrialisasi, masalah ini  diperkirakan akan semakin besar, khususnya dengan meningkatnya berbagai kegiatan pada industri atau tempat-tempat kerja lainnya.
Kecelakaan merupakan kejadian yang datangnya secara mendadak, tidak diharapkan,  dandapat  menimbulkan  cedera  pada  seseorang.  Meskipun  kejadian
kecelakaan umumnyamendadak, sebenamya kecelakaan dapat diperkirakan atau diramalkan, sehingga upaya pencegahan dapat diterapkan.1Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan kegiatan kerja dan terjadi di tempat kerja atau saat bekerja.1Kecelakaan akibat kerja juga dapat diperluas ruang lingkup dan pengertiannya sehingga meliputi kecelakaan-kecelakaan yang terjadi pada saat perjalanan menuju dan dari tempat kerja.1
Sebagai akibat terjadinya kecelakaan kerja, seseorang dapat cedera ringan (bila akibat yang ditimbulkan hanya memerlukan pengobatan atau tindakan medis ringan), cedera berat sampai timbul cacat (bila kehilangan hari kerja, dan atau kehilangan  fungsi,  serta  memerlukantindakan  medis  khusus),  dan  meninggal dunia.1,2
Penyebab kecelakaan kerja sangatlah jamak (multiple caution), namun secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi; langsung (misal lantai licin), tak langsung (misal sol sepatu sudah aus),dan contributing factor/ perancu (misal lapar, bising, silau).1,2
Dalam   industri,   peningkatan    mekanisasi   mengakibatkan   meningkatnya tingkat bising. Gangguan pendengaran, khususnya tuli yang dipacu oleh kebisingan, menjadi masalah dalam sejumlah besar tempat kerja. Pekerjaan yang terutama membawa risiko kehilangan pendengaran antara lain; pabrik tekstil, pabrik besi- baja, pabrik minyak kelapa, palabuhan udara, penggergajian kayu, dan tempat- tempat tertentu di rumah sakit.3,t
Bising umumnya didefinisikan sebagal bunyi yang tidak dikehendaki. Bunyi adalah sensasi yang timbul dalam telinga akibat getaran udara atau media lain. Bunyi dapat juga ditangkap melalui kontak langsung dengan obyek -obyek yang sedang bergetar. Telinga  manusia marnpu menangkap bunyi dalam batas frekuensi
16 -20.000 Hz. Dalam hal bising berpita lebar, energi akustik tersebar pada rentang frekuensi yang lebar.

Bahaya bising dihubungkan dengan beberapa faktor :

1. Intensitas.
Intensitas bunyi yang ditangkap oleh telinga manusia berbanding langsung dengan logaritma kuadrat tekanan akustik yang dihasilkan getaran dalam rentang yang dapat didengar.
Jadi, tingkat tekanan bunyi diukur dengan sakla logaritma dalam desibel.

dB= 2010  log p po

Dimana p : tekanan suara yang bersangkutan, dan po: tekanan suara standar
(0,0002 dyne/cm2). Kebisingan dalam perusahaan dengan intensity 60 dB, berarti
106  x intensitas kebisingan standar.

2. Frekuensi
Frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia terletak antara 16-
20.000&. Frekuensi bicara terdapat dalam rentang 250-4.000Hz.

3. Durasi
Efek bising yang merugikan sebanding dengan lamanya pajanan, clan kelihatannya berhubungan dengan jumlah total energi yang mencapai telinga dalam. Jadi perlu untuk mengukur semua elemen lingkungan akustik (meskipun sulit melakukannya), untuk tujuan ini digunakan pengukur bising yang dapat merekam dan memadukan bunyi.

4. Sifat
Mengacu pada distribusi energi bunyi terhadap waktu ( kontinyu, fluktuasi, intermiten, impulsit). Bising jenis impulsif, yaitu : satu atau lebih lonjakan energi bunyi dengan durasi kurang dari 1 detik , adalah jenis bising yang sangat berbahaya.3,5
Umumnya terdapat empat tipe bising:
1.  Bising kontinyu, yaitu : bising di mana bunyi yang tidak dikehendaki dengan kualitas dan intensitas yang praktis tetap setiap saat. Umumnya memiliki
intensitas kurang dari 3 dB.
Misal : generator listrik, mesin cetak, mesin tenun dan lain sebagainya.
2.  Bising fluktuasi, yaitu : bising kontinyu, tetapi intensitasnya lebih dari 3 dB.
3.  Bising intermiten, yaitu : bising di mana terdapat periode dengan intensitas bising jatuh selama 1 detik atau lebih dalam peri ode bising tersebut, misal
bising yang disebabkan oleh chain saw sam memotong kayu loging.
4.  Bising  impulsif,  yaitu  :  bising  dengan  intensitas  yang  tiba-tiba  berubah menjadi lebih dari 40 dB. Waktu terjadinya sangat cepat, sekitar 0,5 detik misal; rnesin press dan ledakan senjata.api 4,5

Kehilangan pendengaran dapat bersifat sementara ataupun tetap. Pergeseran ambang  sementara  yang  diinduksi  bising  (NITTS=  Noise  Induced  Temporary Threshold Shift atau kelelahan pendengaran) adalah kehilangan tajam pendengaran sementara setelah pajanan yang relatif singkat terhadap bising yang berlebihan. Pendengaran pulih cukup cepat setelah bising dihentikan. Pergeseran ambang permanen yang dlinduksi bising (NIPTS= Noise Induced Permanent Threshold Shift) adalah kehilangan pendengaran irreversibel yang disebabkan pajanan bising dalam jangka waktu lama. Gangguan pendengaran umumnya mengacu pada tingkat pendengaran di mana individu tersebut mengalami kesulitan untuk melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal memahami pembicaraan.3,5

B. CONTOH KASUS

Tn. A, 31 tahun, bekerja di sebuah perusahaan yang menggunakan tabung- tabung kaca untuk proses fermentasi. Saat bekerja, seperti biasanya, Tn. A, menyalakan       lilin   guna         memanaskan suatu                   reaksi        tertentu,         tak      diperkirakan sebelumnya, bahwa diatas meja kerja itu terdapat tabung fermentasi yang berisi

fermentan dan terbuka, terjadilah ledakan yang begitu keras namun tidak sampai menimbulkan kebakaran hebat. Karena terkejutnya Tn. A tak sadarkan diri, dan menderita luka bakar ringan pada kedua tangan dan kedua lengan bawahnya. Oleh teman sekerjanya Tn. A dibawa ke klinik perusahaan (sudah dalam keadaan sadar), guna memperoleh pengobatan.
Di  klinik  perusahaan  oleh  dokter  jaga,  dilakukan  pemeriksaan  dengan seksama, selanjutnya semua luka yang ada diobati dan Tn. A diperbolehkan pulang, dengan dibekali surat dokter untuk istirahat di rumah. Namun Tn. A mengeluh, tidak dapat mendengar pada kedua telinga dan perasaan mendenging pada telinga kiri. Kemudian  dokter  melakukan  pemeriksaan  fisik  pada  telinga  dan  didapatkan; ferforasi sentral, ukuran kecil, pada membrana tympani kanan, sedang membrana tympani kiri terlihat intak/utuh. Dilanjutkan pemeriksaan dengan Pure Tone Audiometri, didapatkan; tuli berat pada kedua telinga. Pemeriksaan Tympanometri didapatkan; flat/ datar (tipe B pada membrana tympani kanan, clan normal (tipe A) pada membrana tympani kiri.
Tingkat pendengarannya dimonitor secara berkala, clan temyata terjadi pemulihan  setelah  tiga  hari  kemudian,  sementara  itu  luka  bakarya  telah  mulai
mengering. Tidak dilakukan tindakan atau pengobatan khusus pada telinganya. Pada
pemeriksaan dua setengah bulan kemudian, terjadi penutupan perforasi membrana tympani kanan dan pendengarannya kembali pulih sempurna.

C. DISKUSI

Bila dilakukan analisa terhadap kasus kecelakaan di atas maka:
1.  Jenis luka: luka bakar, dan luka robek gendang telinga kanan
2.  Bagian tubuh yang terkena : kedua telapak tangan dan lengan bawah, serta gendang telinga kanan
3.  Sumber penyebab luka : tabung fennentasi yang terbuka
4.  Tipe kecelakaan/ accident: luka bakar clan luka robek
5.  Keadaan  yang  memungkinkan  teljadinya  kecelakaan  :  tabung  fermentasi yang terbuka dan menyalakan lilin
6.  Agen penyebab : tabung fermentasi yang terbuka dan api
7.  Unsafe act: kurang hati-hati (menyalakan lilin, tanpa memeriksa keadaan tabung fermentasi di sekitarnya).

Sedangkan tuli yang diderita oleh Tn. A dapat diterangkan sebagai berikut;
Bunyi didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada telinga oleh getaran- getaran melalui media elastis, dan manakala bunyi-bunyl tersebut tidak dikehendaki, maka dinyatakan sebagai kebisingan.3,5,6,8,11
Bising  dapat  menimbulkan  efek  mekanik  langsung  pada  telinga  tengah,
seperti;  ossikular  diskontinyu,  perforasi  membrana  tympani,  fistula  pada  oval window, dan perubahan struktur koklea. Sel rambut luar merupakan bagian yang sangat peka terhadap pajanan bising, disusul kemudian sel rambut dalam. Bila koklea rusak, maka tak dapat diperbaiki, dan selanjutnya akan mengakibatkan hilangnya sel-sel sensoris dan sel-sel neuron serta hasil akhirnya adalah hilangnya pendengaran (tuli). Tuli yang disebabkan oleh bising, dapat berupa Noise Induced Sensorineural Hearing Loss atau Noise Induced Hearing Loss sederhana. Hilangnya pendengaran akibat pajanan bising dapat dibedakan menjadi; trauma akustik, temporary threshold shift (TTS/ tuli sementara) dan permanent threshold shift (PTS).3,4,5,6,8,11  Trauma akustik teljadi sebagai akibat pajanan terhadap bising dengan intensitas  tinggi  (puncak  bising  dapat  mendekati  160  dB)  dan  berlangsung mendadak (misal  ledakan meriam). Biasanya akan diikuti gejala  tinitus (telinga berdenging),vertigo dan perubahan tingkat pendengaran. Dan sering mengakibatkan

perforasi  membrana  tympani  spontan,  bahkan  terjadi  kerusakan  artikulasi  dari tulang-tulang pendengaran, sehingga dapat menyebabkan tuli sementara (TTS). Bila bising  ini       berlangsung   lama          dan berulang,       dapat  menyebabkan     kehilangan pendengaran yang bersifat permanen.4,5,6,8,11
Temporary Threshold Shift (TTS) lebih sering disebabkan oleh pajanan bising dengan intensitas di bawah 85 dB(A). Pajanan ini berlangsung lama, karena terakumulasi dan baru menimbulkan keluhan berupa kurang pendengaran, kesulitan melakukan komunikasi pada situasi agak gaduh dan akhirnya terjadi TTS. TTS dapat pulih beberapa jam atau beberapa hari, setelah kontak dengan bising dihentikan. Namun jika pajanan bising ini berulang dengan intensitas bunyi lebih tinggi, dapat menyebabkan permanen sensosineural hearing loss. 6,8,11
Mekanisme dasar terjadinya tuli karena bising (Noise Induced Hearing Loss), adalah :
1.      Proses mekanik
a. Pergerakan cairan dalam koklea yang begitu keras, menyebabkan robeknya membrana Reissner dan terjadi percampuran cairan perilimfe dan endolimfe, sehingga menghasilkan kerusakan sel-sel rambut.
b. Pergerakan membrana basiler yang begitu keras, menyebabkan rusaknya organa korti sehingga terjadi percampuran cairan perilimfe dan endolimfe, akhirnya terjadi kerusakan sel-sel rambut.
c.  Pergerakan  cairan   dalam   koklea   yang   begitu   keras,   dapat   langsung
menyebabkan  rusaknya  sel-sel  rambut,  dengan  ataupun  tanpa  melalui rusaknya organa korti dan membrana basiler.

2. Proses metabolik
Karena  pajanan  bising,  melalui  proses  metabolik  dapat  merusak  sel-sel rambut, melalui cara:
a. Vasikulasi dan vakuolasi pada retikulum endoplasma sel-sel rambut dan pembengkakkan mitokondria yang akan mempercepat rusaknya membrana
sel dan hilangnya sel-sel rambut.
b. Hilangnya sel.sel rambut mungkin tedadi karena kelelahan metabolisms, sebagai akibat dari gangguan sistem enzim yang memproduksi energi, biosintesis protein dan transport ion.
c. Terjadi cedera pada vaskularisasi stria, menyebabkan gangguan tingkat konsentrasi ion Na, K dan ATP.
d.  Sel  rambut  Iuar  lebih  terstimulasi  oleh  bising,  sehingga  lebih  banyak
membutuhkan  energi dan mungkin akan lebih peka untuk terjadinya cedera atau iskemi
e.  Kemungkinan  lain  adalah  interaksi  sinergistik  antara  bising  dengan  zat perusak yang sudah ada dalam telinga itu sendiri.4

Pada contoh kasus di atas, didiagnosis sebagai trauma akustik dengan temporary threshold shift (TTS), dengan alasan sebagai berikut : TTS dapat terjadi segera (paling cepat 2 menit) setelah terpajan oleh bising , jenis bising biasanya adalah impulsif. Umumnya TTS, maksimum ½   oktaf lebih tinggi dari pada frekuensi bising. Waktu pulihnya pendengaran pada penderita TTS sangatlah bervariasi, kabanyakan dalam waktu 16 jam. Jika hilangnya pendengaran di bawah 30 dB, pemulihan terjadi dalam waktu 16 jam. Namun jika kehilangan pendengaran di atas 50 dB,waktu pemulihannya paling cepat 1 hari, pada beberapa kasus sampai 30 hari.4,6

Penatalaksanaan trauma akustik dengan temporary threshold shift (dengan perforasi membrana tympani), adalah bersifat simtomatis dan suportif. Fungsi pendengaran  akan  pulih  dengan  sendirinya  dalam  waktu  beberapa  jam  sampai

beberapa  hari  setelah  pajanan  terhadap  bising  dihentikan.  Perforasi  membrana tympani tidak perlu tindakan operatif, karena biasanya bersifat steril dan tepi luka masih merupakan jaringan sehat serta vaskularisasinya baik, sehingga diharapkan dapat  menutup  dengan  sendirinya.  Untuk  tindakan  pencegahan  perlu  diberikan antibiotika yang relevan. Tinitus dan vertigo yang terjadi dapat diberikan analgetika, kortikosteroid dapat diberikan bila tidak terdapat kontraindikasi.3,4,6,8
Bila kita menduga adanya temporary threshold shift (TTS), tindakan pertama yang paling bijaksana adalah memutuskan kontak antara penderita dengan sumber pajanan, guna mencegah progresivitas kelainan menjadi permanent threshold shift (PTS) sehingga prognosisnya menjadi lebih buruk.4


D. UPAYA PENCEGARAN KECELAKAAN KERJA

Terdapat empat metode dasar mencegah kecelakaan

1.  Enginerring revision.
Pada kasus di atas misal dengan membuat tutup tabling ferttlentasi yang tidak mudah terbuka, memisahkan ruang fennentasi dan ruang reaksi.
2.  Pendekatan persuasif dan himbauan
Misal  dengan  menempelkan  peringatan  bahaya  kebakaran,  ledakan  dan sebagainya di ruang kerja yang mengandung bahaya tersebut.
3.  Pendekatan individu
Dengan penyuluhan dan pendidikan tambahan.
4.  Disiplin
Terutama disiplin pribadi dan disiplin kerja.l,2

Sedang   sumber   kebisingan    yang   terjadi,   tidak   perlu   dilakukan    upaya pencegahan, sebab timbulnya bahaya kebisingan karena suatu kecelakaan, bukan hal yang rutin dalam pekerjaan tersebut.

E. KESIMPULAN
Telah disampaikan contoh kasus kecelakaan berupa ledakan dengan kebakaran dan menimbulkan kebisingan, sehingga menyebabkan luka bakar dan tuli sementara.
Bising   dapat   menyebabkan   terjadinya   tuli   melalui   proses   mekanik   atau metabolik.  Yang  akhimya  dapat  menyebabkan  temporary  threshold  shift  (TTS)
ataupun permanent threshold shift (PTS). Temporary threshol shift (TTS) dapat pulih kembali, asal dihindarkan daTi pajanan terhadap bising.
Waktu pemulihan sangat bervariasi, dapat beberapa jam (paling cepat 16 jam)
atau  beberapa  hari  (paling  lama  30  hari).  Bila  menduga  adanya  TTS,  langkah pertama adalah memutuskan pajanan antara penderita dengan bising, agar tidak berkembang menjadi permanent threshold shift (PTS).




 

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More