ASUHAN
KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN FUNGSI INTEGUMEN “ ERITRODERMA “
A.
Konsep
lansia
A. Pengertian
Proses Menua
Aging proses atau proses menua
merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat di hindarkan, yang akan di
alami oleh setiap orang.
Menua adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
atau mengganti dan mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan
terhadap injury termaksud adanya infeksi
B. Teori-teori
proses penuaan
a. Teori
biologis
Teori biologis dapat dibagi dalam:
1. Teori
Genetik Clock
2. Teori
Error Catastrophe
3. Teori
Aoto Immune
4. Teori
Radikal Bebas
5. Pemakaian
dan Rusak
6. Teori
“ immunology slow virus”
7. Teori
stres
8. Teori
rantai silang
9. Teori
progam
b. Teori kejiwaan sosial
1. Aktivitas
atau kegiatan
2. Kepribadian
berlanjut
3.
Teori pembebasan
c. Teori
psikologi
d. Teori
kesalahan genetik
e. Rusaknya
sistem imun tubuh
C. Perubahan-perubahan
yang terjadi akibat proses penuaan
1.
Perubahan kondisi fisik
2.
Perubahan kondisi
mental
3.
Perubahan psikososial
4.
Perubahan kognitif
5.
Perubahan spritual
D. Faktor-faktor
yang mempengaruhui penuaan
Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhui ketuaan adalah sebagai berikut:
1. Hereditas
dan keturunan genetik
2. Nutrisi
dan makanan
3. Status
kesehatan
4. Pengalaman
hidup
5. Lingkungan,
dan
6. Setres.
E. Usaha-usaha
yang dapat di lakukan pada lansia
Usaha-usaha yang dapat dilakukan
pada indivindu lanjut usia pada umumnya adalah sebagai berikut:
a. Harus
tetap aktif artinya diharapkan pada lansia:
1. Hidup
sederhana, santai, aktif dengan cara berorganisasi, aktif dalam sosial,
berkarya, selalu mengembangkan hobby dan berolahraga.
2. Dalam
melaksanakan aktifitas harus disesuaikan dengan kemampuan, sifat teratur atau
kontinue karena bila otot tidak digerakan akan terjadi kehilangan kekuatan 10-15%
per mg.
b. Produktif
lansia diharapkan:
1. Berusaha
dapat menghasilkan sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh: diri sendir dan untuk
orang lain.
2. Sesuatu
itu bisa berupa prakarsa atau ide, nasehat, bimbingan dan hasil keterampilan.
F. Sistem
keluarga besar
1. Lansia
adalah sesepuh yang patut dihargai, dihormati, dan diminta nasehat atau doa
restu.
2. Usahakan
menyediakan fasilitas-fasilitas kebutuhan harian.
3. Jagalah
privacy.
G. Sikap
keluarga dan masyarakat terhadap lansia
1) Adanya
kecenderungan berpersepsi negatip
2) Diharapkan
mempunyai persepsi positif pada lansia karena merupakan peristiwa alamiah
dimana tiap-tiap indivindu akan mengalaminya.
3) Membangun
kebutuhan untuk dicentai, aktualisasi dari lanjut usia
4) Menciptakan
suasana yang menyenangkan yaitu hubungan yang harmonis
5) Kepada
pihak pemerintah keluarga atau masyarakat mengharapkan adanya:
a. Bantuan
kesejahteraan bagi lansia yang berupa perbaikan ekonomi, kesehatan,
transportasi, dan perumahan bagi lansia yang tidak mempunyai perumahan.
b. Bantuan
hukum bagi lansia serta perlindungan hukum.
c. Melaksanakan
penelitian atau kegiatan yang rill untuk kesejahteraan lansia, memberikan gizi
yang baik dan obat-obatan untuk mencegah terjadinya penyakit yang bisa
mempercepat proses penuaan.
B.
Sistem
integumen
A. Pengertian
Integument berasal dari bahasa yunani yaitu integumentum
yang artinya penutup yang terdiri
sebagian besar adalah kulit ,rambut ,kuku, kelenjar.
kulit
adalah lapisan jaringan yang terdapat
pada bagian luar yang menutupi dan melindungi permukaan tubuh. Pada
permukaan kulit bermuara kelenjar keringat
dan kelenjar mukosa.
B. Lapisan
–lapisan kulit
1.
Epidermis
2.
Dermis
3.
Subkutis
C. Fungsi
kulit
1.
Fungsi
proteksi
2.
Fungsi
absorpsi
3.
Fungsi
kulit sebagai pengatur panas
4.
Fungsi
eksresi
5.
Fungsi persepsi
6.
Fungsi
pembentuk pigmen
7.
Fungsi
pembentukan vitamin D
Gangguan sistim integumen pada lansia
ASKEP ERITRODERMA
A. Pengertian
Eritroderma ( dermatitis
eksfoliativa ) adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema
seluruh / hampir seluruh tubuh , biasanya disertai skuama
Eritroderma merupakan inflamasi kulit yang berupa eritema yang
terdapat hampir atau di seluruh tubuh
Dermatitis eksfoliata merupakan keadaan serius yang ditandai oleh
inflamasi yang progesif dimana eritema dan pembentukan skuam terjadi dengan
distribusi yang kurang lebih menyeluruh
B. etiologi
a.
Eritrodarma eksfoliativa primer
Penyebabnya tidak diketahui
dengan pasti . Termasuk dalam golongan ini eritroderma iksioformis konginetalis
b.
Eritroderma eksfoliativa sekunder
·
Akibat penggunaan obat secara sistemik yaitu
penicillin dan derivatnya , sulfonamide , analgetik / antipiretik dan
ttetrasiklin.
·
Meluasnya dermatosis ke seluruh tubuh , dapat
terjadi pada liken planus , psoriasis , pitiriasis rubra pilaris , pemflagus
foliaseus , dermatitis seboroik dan dermatitis atopik.
·
Penyakit sistemik seperti Limfoblastoma.
C. patofisiologi
Pada dermatitis eksfoliatif terjadi pelepasan stratum korneum ( lapisan kulit yang paling luar ) yang mencolok yang menyebabkan kebocoran kapiler , hipoproteinemia dan keseimbangan nitrogen yang negatif . Karena dilatasi pembuluh darah kulit yang luas , sejumlah besar panas akan hilang jadi dermatitis eksfoliatifa memberikan efek yang nyata pada keseluruh tubuh.
Pada eritroderma terjadi eritema dan skuama ( pelepasan lapisan tanduk dari permukaan kult sel – sel dalam lapisan basal kulit membagi diri terlalu cepat dan sel – sel yang baru terbentuk bergerak lebih cepat ke permukaan kulit sehingga tampak sebagai sisik / plak jaringan epidermis yang profus.
Mekanisme terjadinya alergi obat seperti terjadi secara non imunologik dan imunologik (alergik ) , tetapi sebagian besar merupakan reaksi imunologik. Pada mekanismee imunologik, alergi obat terjadi pada pemberian obat kepada pasien yang sudah tersensitasi dengan obat tersebut. Obat dengan berat molekul yang rendah awalnya berperan sebagai antigen yang tidak lengkap ( hapten ). Obat / metaboliknya yang berupa hapten ini harus berkojugasi dahulu dengan protein misalnya jaringan , serum / protein dari membran sel untuk membentuk antigen obat dengan berat molekul yang tinggi dapat berfungsi langsung sebagai antigen lengkap.
Pada dermatitis eksfoliatif terjadi pelepasan stratum korneum ( lapisan kulit yang paling luar ) yang mencolok yang menyebabkan kebocoran kapiler , hipoproteinemia dan keseimbangan nitrogen yang negatif . Karena dilatasi pembuluh darah kulit yang luas , sejumlah besar panas akan hilang jadi dermatitis eksfoliatifa memberikan efek yang nyata pada keseluruh tubuh.
Pada eritroderma terjadi eritema dan skuama ( pelepasan lapisan tanduk dari permukaan kult sel – sel dalam lapisan basal kulit membagi diri terlalu cepat dan sel – sel yang baru terbentuk bergerak lebih cepat ke permukaan kulit sehingga tampak sebagai sisik / plak jaringan epidermis yang profus.
Mekanisme terjadinya alergi obat seperti terjadi secara non imunologik dan imunologik (alergik ) , tetapi sebagian besar merupakan reaksi imunologik. Pada mekanismee imunologik, alergi obat terjadi pada pemberian obat kepada pasien yang sudah tersensitasi dengan obat tersebut. Obat dengan berat molekul yang rendah awalnya berperan sebagai antigen yang tidak lengkap ( hapten ). Obat / metaboliknya yang berupa hapten ini harus berkojugasi dahulu dengan protein misalnya jaringan , serum / protein dari membran sel untuk membentuk antigen obat dengan berat molekul yang tinggi dapat berfungsi langsung sebagai antigen lengkap.
D. Manifestasi
klinis
1. Eritroderma
akibat alergi obat , biasanya secara sistemik. Biasanya timbul secara akut
dalam waktu 10 hari. Lesi awal berupa eritema menyeluruh , sedangkan skuama baru
muncul saat penyembuhan.
2. Eritroderma
akibat perluasan penyakit kulit
– Eritroderma karena psoriasis
Ditemukan eritema yang tidak merata. Pada tempat predileksi psoriasis dapat ditemukan kelainan yang lebih eritematosa dan agak meninngi daripada sekitarnya dengan skuama yang lebih kebal. Dapat ditemukan pitting nail.
– Penyakit leiner ( eritroderma deskuamativum )
Usia pasien antara 4 -20 minggu keadaan umum baik biasanya tanpa keluhan. Kelainan kulit berupa eritama seluruh tubuh disertai skuama kasar.
– Eritroderma akibat penyakit sistemik , termasuk keganasan. Dapat ditemukan adanya penyakit pada alat dalam , infeksi dalam dan infeksi fokal.
– Eritroderma karena psoriasis
Ditemukan eritema yang tidak merata. Pada tempat predileksi psoriasis dapat ditemukan kelainan yang lebih eritematosa dan agak meninngi daripada sekitarnya dengan skuama yang lebih kebal. Dapat ditemukan pitting nail.
– Penyakit leiner ( eritroderma deskuamativum )
Usia pasien antara 4 -20 minggu keadaan umum baik biasanya tanpa keluhan. Kelainan kulit berupa eritama seluruh tubuh disertai skuama kasar.
– Eritroderma akibat penyakit sistemik , termasuk keganasan. Dapat ditemukan adanya penyakit pada alat dalam , infeksi dalam dan infeksi fokal.
E. komplikasi
Komplikasi eritroderma eksfoliativa sekunder :
- Limfadenopati
- Hepatomegali
- Limfadenopati
- Hepatomegali
F.
PENGKAJIAN FOKUS
Pengkajian keperawatan yang berkelanjutan dilaksanakan untuk mendeteksi infeksi. Kulit yang mengalami disrupsi , eritamatosus serta basah amat rentan terhadap infeksi dan dapat menjadi tempat kolonisasi mikroorganisme pathogen yang akan memperberat inflamasi antibiotik , yang diresepkan dokter jika terdapat infeksi , dipilih berdasarkan hasil kultur dan sensitivitas
Pengkajian keperawatan yang berkelanjutan dilaksanakan untuk mendeteksi infeksi. Kulit yang mengalami disrupsi , eritamatosus serta basah amat rentan terhadap infeksi dan dapat menjadi tempat kolonisasi mikroorganisme pathogen yang akan memperberat inflamasi antibiotik , yang diresepkan dokter jika terdapat infeksi , dipilih berdasarkan hasil kultur dan sensitivitas
1.
Biodata :
1.
Jenis Kelamin
Biasnya laki – lak 2 -3 kali lebih banyak dari perempuan.
Biasnya laki – lak 2 -3 kali lebih banyak dari perempuan.
2.
Riwayat Kesehatan
3.
Riwayat penyakit dahulu,
4.
Riwayat Penyakit Sekarang
Mengigil panas , lemah , toksisitas berat dan pembentukan skuama kulit.
Mengigil panas , lemah , toksisitas berat dan pembentukan skuama kulit.
2. Pola Fungsi Gordon
a. Pola Nutrisi dan
metabolisme
Terjadinya kebocoran
kapiler , hipoproteinemia dan keseimbangan nitrogen yang negative mempengaruhi
keseimbangan cairan tubuh pasien ( dehidrasi).
b.
Pola
persepsi dan konsep diri
c.
Konsep diri
Adanya eritema ,pengelupasan kulit , sisik halus berupa kepingan / lembaran zat tanduk yang besr – besar seperti keras selafon , pembentukan skuama sehingga mengganggu harga diri.
Adanya eritema ,pengelupasan kulit , sisik halus berupa kepingan / lembaran zat tanduk yang besr – besar seperti keras selafon , pembentukan skuama sehingga mengganggu harga diri.
3. Pemeriksaan fisik
a. KU : lemah
b. TTV : suhu naik atau turun.
c. Kepala
d. Mulut
e. Abdomen
f. Ekstremitas
g. Kulit
a. KU : lemah
b. TTV : suhu naik atau turun.
c. Kepala
d. Mulut
e. Abdomen
f. Ekstremitas
g. Kulit
G. Diagnosa
keperawatan
1. Gangguan integritas kulit b /d lesi dan respon peradangan
2. Gangguan rasa nyaman : gatal b /d adanya bakteri
3. Resti infeksi b /d hipoproteinemia
2. Gangguan rasa nyaman : gatal b /d adanya bakteri
3. Resti infeksi b /d hipoproteinemia
H. intervensi
keperawatan
DX 1
Tujuan : setelah dilakuakn
asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi peradangan pada kulit
K H : tidak terjadi
lecet di kulit
pasien
berkurang gatalnya
Intervensi
a. beritahu pasien untuk tidak meggaruk saat gatal
b. mandikan seluruh badan pasien ddengan Nacl
c. oleskan badan pasien dengan minyak dan salep setelah pakai Nacl
d. jaga kebersihan kulit pasien
e. kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat pengurang rasa gatal
DX 2
Tujuan : setelah dilakuakn asuhan keperawatan diharapkan tidak
terjadi luka pada kulit karena gatal
K H : tidak terjadi lecet di kulit
K H : tidak terjadi lecet di kulit
pasien
berkurang gatalnya
Intervensi
a. beritahu pasien untuk tidak meggaruk saat gatal
b. mandikan seluruh badan pasien ddengan Nacl
c. oleskan badan pasien dengan minyak dan salep setelah pakai Nacl
d. jaga kebersihan kulit pasien
e. kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat pengurang rasa gatal
DX 3
Tujuan : setalah dilakukan
asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi
K H : tidak ada tanda – tanda infeksi
( rubor , kalor , dolor , fungsio laesa )
tidak timbul luka baru
K H : tidak ada tanda – tanda infeksi
( rubor , kalor , dolor , fungsio laesa )
tidak timbul luka baru
Intervensi
a. monitor TTV
b. kaji tanda – tanda infeksi
c. motivasi pasien untuk meningkatkan nutrisi TKTP
d. jaga kebersihan luka
e. kolaborasi pemberian antibiotic
0 komentar:
Posting Komentar